00:00 Wita, setelah ku lihat jam di handphoneku, ternyata pergantian hari baru saja terjadi.. Saat ini ku terdiam sendiri di sebuah warkop (warung kopi) yg masih ramai dengan pengunjung, bising suara kendaraan yg lalu lalang terdengar jelas karena warkop ini diluar ruangan dan posisinya berada di pinggir jalan raya, tepat di samping meja ku, ada beberapa orang yg lagi asik bermain kartu domino, hmm.. Sementara aku sendiri bosan menunggu jaringan Wi-Fi yg lagi gangguan, padahal malam ini aku harus menyelesaikan beberapa kerjaan.. Hmpt.. Menjengkelan!
Dari pada jenuh menunggu jaringan yg tak tahu kapan baiknya, akupun mencoba membuka Microsoft Word di notebook ku, seperti biasa.. mulai melancarkan hobi ku untuk menulis, meskipun belum tahu akan menulis apa tapi yahh coba dulu lah.. Mengingat bulan ini adalah bulan Ramadhan, atau dikenal juga sebagai bulan puasa karena satu bulan ini kita diwajibkan untuk berpuasa.. Tiba-tiba aku teringat dengan seorang guru, yah! Aku menyebutnya guru, karena ia yg pertama kali mengajarkanku untuk berpuasa, dia adalah “Ibuku”.. Sejak kecil aku diajarkan untuk berpuasa, bukan hanya karena aku dibesarkan di lingkungan pesantren dan juga dari latar belakang keluarga yg semuanya adalah pendidik agama.. Tapi lebih karena adanya seorang Ibu yg terus dengan sabarnya mendidik ku untuk belajar berpuasa.. Aku masih ingat dengan semua itu, yah.. mulai dari Ibuku membangunkanku untuk Qiyamullail hingga makan sahur dan diajarkan untuk berniat sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah puasa.
Tilawah Al-Qur’an, bangun Qiyamullail, sahur, puasa, dan berbuka puasa di masjid, menjaga shalat jama’ah dan shalat sunnah rawatib setiap waktu shalat di masjid, dan amaliyah Ramadhan lainnya adalah ajaran yg sangat di tekankan Ibuku pada bulan Ramadhan.. Waktu itu ia selalu berkata, “ini semua adalah bekalmu untuk masa depanmu nanti, agar engkau tetap selalu berada di jalan_Nya. Dan yang paling penting, lanjutnya.. Adalah bagaimana kamu menjaga semua amalan kamu di bulan Ramadhan agar tetap bisa kamu lakukan hingga bulan Ramadhan yg akan datang.”
Berharga sekali pelajaran masa kecilku itu, yahh.. meskipun saya juga tidak jarang melanggar aturan-aturan yang diberikan Ibu.. Aku seriing menolak saat Ibu membangunkanku Qiyamullail, bahkan untuk makan sahur, aku seriing makan atau minum di siang hari tanpa sepengetahuan Ibu hanya karena takut ketahuan Ibu atau takut tidak jadi menerima hadiah lebaran yang dijanjikan Ibu jikalau puasaku tidak bolong.. Aku seriing membantah bahkan marah jika Ibu menyuruhku Membaca Al-Qur’an, bahkan saat ibu menyuruhku untuk ke masjid shalat jama’ah, tidak jarang aku membantah dengan alasan capek lah, lemes karena puasa, ngantuk, atau alasan-alasan lainnya untuk menutupi kemalasanku.. Tapi Ibu dengan besar hati memaklumi semua itu.. Aku salut dengan itu, kebesaran hati Ibuku!
Hingga kini, disaat usiaku telah beranjak dewasa.. Aku kembali mengenang semua itu.. Bahkan tidak berlebihan kalau aku katakan ingin kembali ke masa kecilku bersama Ibu, segitu rinduku dengan Ibu yg kini telah kembali ke pangkuan Sang Khaliq.. Kalau saja waktu bisa diputar kembali, aku ingin berkata.. “Ibuuu.. Aku ingin dibangunkan lagi untuk Qiyamullail dan sahur dengan Ibuu, merasakan nikmatnya makan sahur itu dengan masakan ibu.. dibimbing do’a dan selalu diingatkan untuk bersungguh-sungguh dalam berniat.. Ibuu, aku masih ingin di ingatkan untuk Tilawah Al-Qur’an, untuk selalu ke masjid di setiap waktu shalat, dan berbuka puasa bersama Ibuu.
Akuu janji tidak akan nakal lagi Ibuu, aku janji tidak akan membantah lagi dengan apa yg diperintahkan Ibu, karena aku tahu kalau semua itu untuk kebaikanku.. Aku janji tidak akan makan dan minum sembunyi-sembunyi lagi di siang hari hanya karena takut ketahuan Ibu, karena aku sudah tahu kalau pengawasan Allah lebih mengetahui semua ituu.. Akuu janji akan puasa penuh, bahkan aku akan maksimalkan semua ibadah Ramadhan yg engkau ajarkan meskipun aku tidak menerima hadiah lebaran lagi darimu, karena engkau telah mengajarkanku bahwa hadiah dari Allah di akhirat nanti jauh lebih besar dari apapun yang ada di dunia ini.. Tapi mau bagaimana lagi, takdir Allah berkata lain.. Kini aku harus menjalani Ramadhanku tanpamu, Yaa Allah.. Berikan tempat yg terbaik untuk Ibuku disisi-Mu.
Ibuu.. itulah angan-angan ku yang aku sadari bahwa semua itu tak akan bisa terulang lagi, tapi pesan dan semua yang engkau ajarkan dulu akan berusaha untuk selalu aku jaga dan aku amalkan sebagai amal jariyahmu.. Aku merindukanmu Ibu! Dan itu akan selalu kujadikan motivasiku untuk terus berbenah diri, memperbaiki diri dan terus mendekatkan diri kepada sang pencipta agar menjadi anak yang sholeh seperti yang engkau harapkan sejak dulu.
Sebuah pesan dalam tulisan ini yang ingin aku sampaikan kepada teman dan saudara-saudaraku yang masih dapat merasakan kebersamaan di bulan Ramadhan dengan Ibunya.. Syukurilah itu karena kalian masih diberikan kesempatan untuk bersama sosok mulia itu, kalian masih diberi kesempatan untuk mendapat didikan penuh kasih sayang, menerima pelajaran penuh perhatian dan pengertian, dan diberi pengetahuan dari seorang guru yang terbaik untuk kalian.. Masihkah kalian mau untuk membantah? Masihkah kalian berani untuk melawan? Atau kalian menunggu sosok guru itu pergi meninggalkan kalian untuk selamanya baru kalian akan sadar betapa pentingnya ia yang kalian sia-siakan selama ini.. Apakah kalian masih bisa menjamin bahwa beliau masih bisa menemani kalian di Ramadhan yang akan datang?? Jangan sampai kalian mengabaikan Syurga yg berada di telapak kaki beliau.. Na’udzubillah.
Dan untuk Ibuku di alam sana, sebait do’a ini yg bisa ku berikan untukmu, sebagai harapan dari jeritan hati anakmu yang sangat merindukanmu.. Allahumma Yaa Allah.. Aku memohon kepada-Mu untuk Ibuku yg telah mendahului kami memenuhi panggilan-Mu.. Yaa Allah, Engkau maha berkuasa di atas segala kekuasaan.. Hanya pada-Mu lah aku memohon ampunan, dan ampunilah segala salah dan khilaf yg pernah dilakukan Ibuku semasa hidupnya.. Jadikanlah ia wanita mulia, terangkanlah kuburunya, luaskanlah kuburnya, dan berikanlah tempat terindah untuknya disisi-Mu, tempat yang telah Engkau janjikan untuknya bersama para Syahidah.. Amiin.. Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.
“Allahumaghfirliiy waliwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaani shagiraa” Yaa Allah, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku.. Dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu kecilku.
Waktu untuk Qiyamullail sepertinya sudah tiba, tak lama lagi sahur dan kembali menjalani hari yg lebih baik dari sebelumnya.. Berjuang melawan godaan syaithan dalam segala aktifitas.
Waktu tak terasa berlalu, sudah pukul 02:00 Wita, aku pun bergegas untuk pulang.. Meskipun kerjaanku tak kunjung selesai karena jaringan Wi-Fi sampai sekarang belum connect, tapi setidaknya malam ini aku bisa membuat tulisan ini.. Alhamdulillah.
Untuk Ibuku di alam sana, anakmu ini akan selalu merindukanmu. Dan aku berjanji untuk berusaha semaksimal mungkin agar menjadi anak yang bisa membuatmu bangga.. Harapanku, di alam sana.. Jika telah waktunya nanti, kita bisa di pertemukan kembali di tempat yang sangat indah yang pernah engkau ceritakan di masa kecilku.. Aku mencintai mu Ibuu, dan sampai kapanpun.. Saya akan tetap bangga padamu, GURUKU.
Nadil TheHunter.. 01, Agustus, 2012.
0 komentar:
Posting Komentar