Ibu.. Engkau adalah seorang yang amat berharga, penuh kasih sayang, perhatian, pengorbanan yang tak tersaingi.
Ibu.. Engkau bagaikan sang purnama, yang tak pernah bosan menerangiku hingga akhir malam.
Ibu.. Engkau bagaikan harta yang amat berharga, yang tak dapat di tukar walau dengan bulan dan bintang.
Ibu.. Engkau adalah seorang pahlawan, yang selalu berjuang mendidik dan mengasuhku hingga akhir kau kembali.
Ibu...
Ketika engkau kembali kepada sang ilahi..
Hidupku terasa begitu sepi.
Harta kesayanganku seakan dirampas.
Kasih sayang, perhatian dan pengorbanan tak lagi kudapatkan yang setulus darimu.
Ibu.
Mengapa engkau begitu cepat pergi meninggalkanku?
Apakah kau sengaja menitipkanku kepada orang-orang yang jelas tak dapat menyaingi kasih sayang dan perhatian darimu ibu?
Ataukah engkau tak tahu betapa bahagianya hidupku saat ku berada dalam pelukanmu?
Kini aku hanya dapat mengiri, kepada teman-teman yang tertawa dan bercanda gurau dengan seorang Ibu. Ku hanya dapat merasa cemburu, terhadap kawan-kawan yang mendapat teguran tulus dari Ibunya.. Ku hanya merasakan getaran pilu, ketika sepupu-sepupuku memanggil seorang dengan sebutan Ibu.
Kata Ayah, semua itu adalah takdir!
Tapi kenapa takdir begitu kejam mengambilmu dariku?
Mengapa takdir begitu sadis merampasmu dari pelukanku!?
Kenapa... Kenapa ibu??
Ibu.
Kini aku telah dewasa, kini aku mengerti arti kehidupan ini, kini... kehidupan kecilku bersama seorang ibu hanya dapat kujadikan kenangan. Walau hanya sesaat namun tak dapat terlupakan.
Ku hanya bisa mendoakan, meski ku lebih sering merindukan.
Ku hanya bisa mengikhlaskan, meski ku lebih sering memnyesalkan.
Ku hanya bisa mengatakan... Tenang dan damailah dalam tidur panjangmu..
Di bawah langit yang bertabur bintang.
Di tengah lampu yang menyilaukan.
Di Atas tanah Ibu Kota.
Rindu ini kukirimkan.
0 komentar:
Posting Komentar