eXTReMe Tracker

Senin, 13 Agustus 2012

Siapa Bilang Ibu Tiri Itu Kejam? (Part 2)


Hari berganti hari, bulan berganti tahun.. Hari-hariku pun tak pernah lepas lagi dari kebersamaan satu keluargaku yang dilengkapi dengan sosok Ibu tiri, kami semua (saudara-saudaraku) termasuk aku juga sudah bisa akrab dan dekat dengannya seolah ia betul-betul berhasil menjadi pengganti Ibunda yang telah meninggalkan kami.


Suatu saat pada liburan sekolah, kami berkunjung ke salah satu tempat wisata, satu hal yang terasa berbeda waktu itu, kebersamaan yang telah aku dan keluargaku dapatkan kembali setelah sempat kehilangan sosok yang begitu penting. Kehadiran ibu tiriku telah melengkapi kekurangan itu, canda dan tawa pun menyatu dalam kebahagiaan keluarga kami. Begitu pula dengan semua hari-hari yang kami lewati bersama dirumah. Terimakasih atas kebahagiaan yang telah Engkau berikan pada keluarga kami ya Allah.

Kebahagiaan itu terus kami rasakan hingga pada suatu saat ibu tiriku melahirkan dan hadirlah sosok baru dalam keluarga kami, yah! Dia adalah adik tiriku. Anak dari Ibu tiriku.
Aku pikir kebahagiaan kami akan bertambah dengan kehadiran adik tiriku, suatu saat aku bisa mengajaknya bermain bola disaat ia sudah bisa berjalan, atau bermain sepeda saat ia sudah besar nanti. Begitu pikirku.

Namun yang kurasakan berbeda, ibu tiriku tidak bisa lagi di ajak bermain seperti biasanya, dia tidak bisa lagi selalu menemaniku belajar, bahkan untuk membacakan dongeng sebelum tidurku pun tidak setiap malam lagi dia lakukan seperti biasanya.

Perubahan demi perubahan darinya pun mulai kurasakan, yah! Dia mungkin terlalu sibuk mengurusi adik tiriku. Kadang dia mulai marah padaku saat dia tengah mengurusi adik tiriku dan aku memintanya untuk menemaniku bermain, bahkan saat itu aku seringkali merasa kesepian lagi.
Ibu ku dulu tidak begitu, dia tidak pernah memarahiku seperti itu, dia sangat lembut padaku, ia selalu ada untukku kapanpun aku membutuhkannya. Sekalipun dia marah padaku, tapi kelembutannya selalu menyembunyikan kemarahannya.
Pikirku dalam tangisan rinduku, rindu terhadap Ibu tercintaku.

Pada suatu hari, aku dan adik tiriku berantem disaat kami bermain bersama di halaman rumah, aku memang salah karena aku sampai memukulinya yang membuat Ibu tiriku sangat marah padaku hingga membuatku ketakutan, saat ku mengadu soal kejadian itu pada ayah, aku mengharapkan pembelaannya tapi yang kudapatkan malah sebaliknya, ayahku pun memarahiku hingga ku tak tahu lagi harus berbuat apa selain mengurung diriku sendirian di dalam kamar. Aku merasa sendirian.

Dalam kesendirianku, aku kembali mengingat kata-kata mereka dulu. Yah! Mungkin apa yang mereka katakan itu benar, saat ini mungkin Ibu tiri ku sudah berhasil menarik perhatian ayahku seperti yang mereka peringatkan padaku dulu. Aku jadi takut, apakah ayah sudah tak sayang lagi padaku? Apakah ayahku sekarang lebih sayang dengan Ibu dan adik tiriku dibandingkan dengan sayangnya padaku? Apakah nanti ayah sudah tidak menganggap keberadaanku lagi karena sudah memiliki anak dari Ibu tiriku? Atauuu..


Kekhawatiranku semakin menjadi-jadi dalam kesendirianku yang hanya ditemani oleh air mata yang terus mengalir dari sudut mataku. Tiba-tiba aku merindukan sosok Ibuku kembali lagi.. Ibu, andaikan engkau masih berada disisiku, banyak yang ingin aku ceritakan padamu, aku ingin menumpahkan semua keluh kesah dan kesedihanku padamu, aku ingin bercerita dalam dekapan dan belaian kasih sayangmu lagi. Aku kesepian saat ini Ibu, semuanya telah berubah dan aku inginkan dirimu lagi, aku ingin engkau kembali untuk menghapus air mata kesedihan ini dan engkau gantikan dengan senyum kebahagiaan seperti cara engkau melakukannya dulu.
Dalam kesendirianku saat itu, aku hanya menginginkan kehadirannya. Kehadiran IBUku!

Bersambung lagi:)

0 komentar:

Posting Komentar